Kota Malang
Kota Malang
Malang Kota Malang | ||
---|---|---|
Pemerintah Kota | ||
Pemerintah Kota Malang | ||
Transkripsi lainya | ||
• Jawa | ꦏꦸꦛꦩꦭꦁ | |
Dari atas searah jarum jam: Balai Kota Malang dan Alun-Alun Tugu, Masjid Agung Jami' Malang, Panorama Malang dan Gunung Semeru, Gereja Katedral Ijen, dan Gedung Rektorat Universitas Brawijaya | ||
| ||
Semboyan: Malang Kuçeçwara ꦩꦭꦴꦔ꧀ꦏꦸꦯꦺꦯ꧀ꦮꦫ (Tuhan Menghancurkan yang Salah) | ||
Lokasi Malang di Jawa Timur | ||
Koordinat: 7°16′S 112°43′E | ||
Negara | Indonesia | |
Provinsi | Jawa Timur | |
Hari jadi | 1 April 1914 sebagai stadsgmeente | |
Pemerintah Kota Malang | 1 Januari 2001 | |
Dasar hukum | UU No. 16 Tahun 1950 | |
Pemerintahan | ||
• Jenis | Pemerintah kota | |
• Wali Kota | Drs. H. Sutiaji(Demokrat) | |
• Wakil Wali Kota | Ir. H. Sofyan Edi Jarwoko | |
Luas | ||
• Total | 145.28 km2 (56.09 sq mi) | |
Titik tertinggi | 667 m (2,188 ft) | |
Titik terendah | 440 m (1,440 ft) | |
Penduduk (2017) | ||
• Total | 895,387 | |
• Peringkat | 16 | |
• Kepadatan | 6,200/km2 (16,000/sq mi) | |
• Peringkat | 17 | |
Demonim | Orang Malang | |
Zona waktu | Waktu Indonesia Barat (UTC+7) | |
Kode pos | 65111—65149 | |
Kode telepon | +62 341 | |
Plat kendaraan | N | |
DAU (2016) | Rp859.678.208.000,00 | |
IPM (2016) | ▲ 80,46 (0,804) sangat tinggi | |
Situs web | www |
Kota Malang (diucapkan [malaŋ]) adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia,[1] kota terbesar kedua di Jawa Timur[2] setelah Surabaya, dan kota terbesar ke-12 di Indonesia. Kota ini didirikan pada masa Kerajaan Kanjuruhan dan terletak di dataran tinggi seluas 145,28 km2[3] yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Malang.[4] Bersama dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang, Kota Malang merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya.
Kota Malang dikenal baik karena dicap sebagai kota pendidikan. Kota ini memiliki berbagai perguruan tinggi terbaik seperti Universitas Brawijaya[5] dan Universitas Negeri Malang.[5] Selain itu, kota ini merupakan kota pariwisata karena alamnya yang menawan yang dikelilingi oleh pegunungan[6] serta udaranya yang sejuk.[7] Malang pun terkenal sebagai kota bunga karena banyaknya bunga yang menghiasi kota.[8] Kota Malang juga merupakan kota seni[9] karena banyaknya kesenian khas dari kota ini, mulai dari tarian hingga pertunjukan.
Kota Malang memiliki berbagai macam orang dari berbagai macam suku bangsa dan budaya. Penduduk kota Malang mencapai 895.387 jiwa[10] dengan suku mayoritas Jawa,[11] diikuti dengan Madura. Kawasan metroplitan Malang, Malang Raya, merupakan kawasan metropolitan terbesar kedua di Jawa Timur setelah Gerbangkertosusila. Jika dilihat dari sisi budaya, Kota Malang termasuk ke dalam Kawasan Kebudayaan Arek.[12]
Kota Malang menyimpan berbagai peninggalan bersejarah.[13] Kota ini menyimpan peninggalan masa Kerajaan Kanjuruhan hingga Belanda.[14] Peninggalan Belanda pada umumnya berupa bangunan-bangunan kuno seperti Gereja Kayutangan yang berarsitektur gotik.[15] Malang pun mengadakan berbagai acara untuk melestarikan cagar budayanya, salah satunya seperti Festival Malang Tempo Doeloe.[16] Malang pun memiliki banyak peninggalan sejarah yang menjadi markah tanah seperti Tugu Malang (Alun-Alun Bundar).[17]
Daftar isi
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Asal usul penamaan Malang sampai sekarang masih diperdebatkan oleh para ahli sejarah. Nama "Malang" muncul pertama kali pada Prasasti Pamotoh/Ukirnegara (1120 Saka/1198 Masehi) yang ditemukan pada tanggal 11 Januari 1975 oleh seorang administrator perkebunan Bantaran di Wlingi, Kabupaten Blitar. Dalam prasasti tembaga tersebut, tertulis salah satu bagiannya (dengan terjemahannya sebagai berikut) sebagai berikut.
...taning sakrid Malang-akalihan
wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I... |
…di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang
bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu… |
Malang di sini merujuk pada sebuah daerah di timur Gunung Kawi. Meskipun telah diketahui bahwa penggunaan Malang setidaknya telah berlangsung sejak abad ke-12 Masehi, tidak bisa dipastikan asal mula penamaan wilayahnya.
Hipotesis pertama merujuk pada nama sebuah bangunan suci bernama Malangkuçeçwara (diucapkan [malaŋkuʃeʃworo]). Bangunan suci tersebut disebut dalam dua prasasti Raja Balitung dari Mataram Kuno, yakni Prasasti Mantyasih tahun 907 Masehi dan Prasasti 908 Masehi.[18] Para ahli masih belum memperoleh kesepakatan di mana bangunan tersebut berada. Di satu sisi, ada sejumlah ahli yang menyebutkan bahwa bangunan Malangkuçeçwara terletak di daerah Gunung Buring, suatu pegunungan yang membujur di sebelah timur Kota Malang di mana terdapat salah satu puncaknya bernama "Malang".[18] Pihak yang lain di sisi lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci tersebut terdapat di daerah Tumpang, Kabupaten Malang. Di daerah tersebut, terdapat sebuah desa bernama Malangsuka, yang menurut para ahli sejarah berasal dari kata Malangkuça(diucapkan [malankuʃoː]) yang diucapkan terbalik. Pendapat ini diperkuat oleh keberadaan peninggalan-peninggalan kuno di sekitar Tumpang seperti Candi Jago dan Candi Kidal yang merupakan wilayah Kerajaan Singhasari.[18]
Nama Malangkuçeçwara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang berarti kebatilan, kecurangan, kepalsuan, dan kejahatan, angkuça (diucapkan [aŋkuʃo]) yang berarti menghancurkan atau membinasakan, dan içwara (diucapkan [iʃworo]) yang berarti Tuhan. Oleh karena itu, Malangkuçeçwara berarti "Tuhan telah menghancurkan yang batil".[19]
Hipotesis kedua merujuk sebuah kisah penyerangan pasukan Kesultanan Mataram ke Malang pada 1614 yang dipimpin oleh Tumenggung Alap-Alap.[20] Menurut cerita rakyat, terdapat sebuah percakapan antara Tumenggung Alap-Alap dengan salah satu pembantunya mengenai kondisi wilayah Malang sebelum penyerangan dimulai. Pembantu dari Tumenggung Alap-Alap tersebut menyebut warga dan prajurit dari daerah tersebut sebagai penduduk yang "menghalang-halangi" (malang dalam Bahasa Jawa) kedatangan dari pasukan Mataram. Setelah penaklukan tersebut, pihak Mataram menamakan daerah itu Malang.[21]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Masa Prasejarah[sunting | sunting sumber]
Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa Prasejarah sebagai kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuat wilayah Malang menjadi kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah.[22] Selanjutnya, berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas fondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.[22][23]
Meskipun hipotesis-hipotesis tersebut belum ditentukan kebenarannya, dalam sebuah prasasti tembaga yang ditemukan pada akhir tahun 1974 di perkebunan di Wlingi, Blitar tertulis dalam salah satu bagiannya sebagai berikut.[24]
Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.[24]
Masa Kerajaan Hindu dan Islam[sunting | sunting sumber]
Munculnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.[24] Oleh karena itu, kerajaan tersebut dianggap sebagai cikal bakal kota ini.
Setelah kerajaan Kanjuruhan, pada masa emas kerajaan Singhasari (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur.[25] Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Sultan Mataram dari Jawa Tengahlah yang akhirnya datang dan berhasil menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.
Masa Pendudukan[sunting | sunting sumber]
Belanda[sunting | sunting sumber]
Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, tepatnya pada 1 April 1914, daerah Malang dijadikan wilayah gemente (kotapraja).[26]
Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, misalnya Jalan Besar Ijen dan kawasan sekitarnya.
Jepang[sunting | sunting sumber]
Bagian ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian.Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber yang tepercaya. Tulisan yang tidak dapat diverifikasi akan dipertanyakan serta dapat disembunyikan ataupun dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
|
Pada masa kependudukan Jepang di Indonesia, Kota Malang yang merupakan bagian dari Indonesia pun ikut serta diduduki oleh Jepang. Bala Tentara Dai Nippon mulai menduduki Kota Malang pada 7 Maret 1942.
Pada masa kependudukan Jepang pun terjadilah peralihan fungsi bangunan. Rumah-rumah tempat tinggal orang Belanda diallihkan fungsinya. Bangunan Belanda di Jalan Semeru No. 42 yang dulunya digunakan sebagai kantor ataupun markas pasukan Belanda dialihfungsikan menjadi gedung Kentapetai.
Kemerdekaan Indonesia[sunting | sunting sumber]
Sebagai daerah yang berjaya sejak zaman dahulu, Kota Malang sudah mengalami beberapa kali pergantian pemerintah. Pada Abad ke-8 M, Malang menjadi ibu kota Kerajaan Kanjuruhan dengan rajanya, yaitu Gajayana.[27] Setelah Belanda masuk, pemerintah memusatkan kedudukannya di sekitar Kali Brantas.[27] Pada 1824, Malang mulai mempunyai asisten residen karena sudah menjadi afdeling[27] dan ditetapkan sebagai kotapraja (stadsgemeente) pada 1914.[28] Malang menjadi bagian Republik Indonesia pada 21 September1945 dan dimasuki kembali pada 2 Maret 1947 setelah diduduki kemballi oleh Belanda.[27] Pemerintah diubah menjadi Pemerintah Kota Malang pada 1 Januari 2001.[27]
Geografi[sunting | sunting sumber]
Kota Malang terletak di tengah-tengah Kabupaten Malang dan sisi selatan Pulau Jawa. Kota ini memiliki luas sebesar 145,28 km2.[3]Kota ini dibatasi oleh Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso di sisi utara; Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang di sisi timur; Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji di sisi selatan; dan Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau di sisi barat[4] yang semuanya merupakan kecamatan di Kabupaten Malang.
Bagian-bagian Kota Malang memiliki kekhasan sendiri sehingga memiliki kecocokan tersendiri dalam berbagai aktivitas. Bagian selatan Kota Malang merupakan dataran tinggi yang cukup luas sehingga cocok untuk industri; bagian utara merupakan dataran tinggi yang subur sehingga cocok untuk pertanian; bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang subur; dan bagian barat merupakan dataran tinggi yang amat luas dan kini menjadi daerah pendidikan.[4]
Kota Malang dilalui oleh salah satu sungai terpanjang di Indonesia serta terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo, yaitu Sungai Brantas yang mata airnya terletak di lereng Gunung Arjuno di sebelah barat laut kota. Sungai kedua terpanjang di Malangadalah Sungai Metro yang melalui Kota Malang di Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun.
Kota Malang terletak di dataran tinggi. Kota ini terletak pada ketinggian antara 440—667 meter di atas permukaan air laut. Titik tertinggi kota ini berada di CitraGarden City Malang, sebuah kota mandiri,[29] sedangkan wilayah terendah Kota Malang berada di Kawasan Dieng.[30]
Kota Malang dikelilingi oleh beberapa gunung serta pegunungan. Kota ini dikelilingi oleh Gunung Arjuno di sebelah utara; Gunung Semeru di sebelah timur; Gunung Kawi dan Gunung Panderman di sebelah barat; Gunung Kelud di sebelah selatan.[4]
Iklim[sunting | sunting sumber]
Kota Malang beriklim tropis.[31] Menurut kondisi iklim Kota Malang selama tahun 2016 tercatat rata-rata suhu udara berkisar antara 22,4 °C—24,3 °C, sedangkan suhu maksimum mencapai 30,2 °C dan suhu minimum 16,5 °C.[32]
Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso, curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Februari, November, dan Desember.[4] Sedangkan, pada bulan Juni dan September curah hujan relatif rendah. Kecepatan angin maksimum terjadi di bulan Mei, September, dan Juli.[4]
[sembunyikan]Data iklim Malang, East Java, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 28.5 (83.3) | 28.5 (83.3) | 28.5 (83.3) | 28.7 (83.7) | 29.0 (84.2) | 28.8 (83.8) | 28.4 (83.1) | 29.3 (84.7) | 29.8 (85.6) | 30.2 (86.4) | 29.5 (85.1) | 28.5 (83.3) | 28.98 (84.15) |
Rata-rata harian °C (°F) | 24.0 (75.2) | 24.1 (75.4) | 24.0 (75.2) | 24.0 (75.2) | 23.9 (75) | 23.2 (73.8) | 22.4 (72.3) | 23.2 (73.8) | 23.6 (74.5) | 24.3 (75.7) | 24.3 (75.7) | 23.8 (74.8) | 23.73 (74.72) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 19.6 (67.3) | 19.7 (67.5) | 19.5 (67.1) | 19.3 (66.7) | 18.9 (66) | 17.7 (63.9) | 16.5 (61.7) | 17.1 (62.8) | 17.5 (63.5) | 18.5 (65.3) | 19.2 (66.6) | 19.1 (66.4) | 18.55 (65.4) |
Presipitasi mm (inci) | 334 (13.15) | 307 (12.09) | 292 (11.5) | 173 (6.81) | 132 (5.2) | 77 (3.03) | 47 (1.85) | 26 (1.02) | 43 (1.69) | 106 (4.17) | 225 (8.86) | 326 (12.83) | 2.088 (82,2) |
% kelembapan | 81.7 | 82.3 | 82.2 | 79.2 | 79.8 | 77.3 | 75.1 | 72.9 | 70.9 | 70.9 | 74.4 | 79.1 | 77.15 |
Sumber #1: Climate-Data.org (suhu & presipitasi)[33] | |||||||||||||
Sumber #2: Weatherbase (kelembapan)[34] |
Pemerintah[sunting | sunting sumber]
Dasar hukum bagi Kota Malang adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1950.[1] Malang berstatus sebagai kota yang menjadi bagian dari Provinsi Jawa Timur.[1]
Daftar Wali Kota[sunting | sunting sumber]
Berikut ini adalah daftar Wali Kota Malang dari masa ke masa.
No. | Wali Kota[35][36][37] | Awal menjabat | Akhir menjabat | Prd. | Wakil Wali Kota | Ket. | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
F.L. Broekveldt | ||||||||
J.J. Coert | ||||||||
H I Bussemaker | ||||||||
Ir. Voorneman | ||||||||
Ir. Lakemar | ||||||||
J. H. Boerstra | ||||||||
Raden Adipati Ario Sam | ||||||||
Mr. Soewarso Tirtowijogo | ||||||||
M. Sardjono Wiryohardjono | ||||||||
Koesno Soeroatmodjo | ||||||||
Kol. M. Ng Soedarto | ||||||||
Kol. R. Indra Soedarmadji | ||||||||
Kol. Soegiyono | ||||||||
Drs. Soeprapto | ||||||||
dr. H. Tom Uripan N SH | ||||||||
H. M. Soesamto | ||||||||
Kol. Inf. H Suyitno | ||||||||
Drs. Peni Suparto M.AP | ||||||||
Ir. H. Mochamad Anton | ||||||||
100px | Ir. Wahid Wahyudi M.T. (Pejabat Sementara) | |||||||
100px | Drs. H. Sutiaji (Pelaksana Tugas) | |||||||
100px | Drs. Wasto S.H., M.H.(Pelaksana Harian) | |||||||
100px | Drs. H. Sutiaji |
|}
Dewan Perwakilan[sunting | sunting sumber]
DPRD Kota Malang terdapat 4 (empat) komisi, yaitu Komisi A yang membidangi Pemerintahan; Komisi B yang membidangi Perekonomian & Keuangan; Komisi C yang membidangi Pembangunan; dan Komisi D yang membidangi Kesejahteraan Rakyat.
No | Jabatan | Nama | Partai Politik |
---|---|---|---|
1 | Ketua Komisi A | Sulik Lestyowati | Partai Demokrat |
2 | Ketua Komisi B | Abdul Hakim | Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan |
3 | Ketua Komisi C | Bambang Sumarto | Partai Golongan Karya |
4 | Ketua Komisi D | Imam Fauzi | Partai Kebangkitan Bangsa |
Secara konstitusional, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang merupakan lembaga legislatif dan perwakilan rakyat yang dipilih langsung oleh warga Malang pada pemilu legislatif setiap lima tahun sekali. Anggota DPRD Kota Malang periode 2014—2019 adalah 45 orang yang didominasi oleh PDI Perjuangan (11 kursi), PKB (6 kursi), dan Partai Golkar (5 kursi). Pimpinan DPRD Kota Malang periode 2014-2019 terdiri dari Arief Wicaksono (ketua; PDI-P), Zainudin (wakil ketua; PKB), Rahayu Sugiarti (wakil ketua; Golkar), dan Wiwik Hendri Astuti (wakil ketua; Demokrat) yang resmi menjabat sejak 16 Oktober 2014.[42]
Kecamatan[sunting | sunting sumber]
Secara administratif wilayah Kota Malang dibagi menjadi 5 kecamatan.[43] 5 kecamatan tersebut terbagi lagi menjadi 57 kelurahan.[43]Kecamatan Klojen, Blimbing, dan Sukun memiliki 11 kelurahan, Blimbing, sedangkan Kedungkandang dan Lowokwaru memiliki 12 kelurahan.[44] Kode pos kota pun dimulai dari 65111—65149.[43]
Lambang Kota[sunting | sunting sumber]
DPRD-GR mengukuhkan lambang Kotamadya Malang dengan Perda No. 4 Tahun 1970. Lambang kota mengandung bendera nasional Indonesia yang membatasi segi lima berwarna kuning, hijau, dan biru muda.[45] Semboyan kota pada lambang kota tersebut dipakai sejak hari peringatan 50 tahun berdirinya Kotapraja Malang pada 1964. Sebelum itu, semboyan yang digunakan adalah "Malang Namaku, Maju Tujuanku" yang merupakan terjemahan dari semboyan berbahasa Latin, yaitu "Malang Nominor, Sursum Moveor" yang disahkan oleh Gouvernement besluit dd. 25 April 1938 N. 027. Semboyan baru itu diusulkan oleh Prof. DR. R. Ng. Poerbatjaraka dan erat hubungannya dengan asal mula Kota Malang pada zaman Ken Arok.[45]
Kota Kembar[sunting | sunting sumber]
Sebagai kota ternama, Kota Malang menjalin mitra kerja sama (kota kembar) dengan kota-kota lain di seluruh dunia. Saat ini terdapat delapan kota yang menjalin kerja sama dengan Kota Malang: Lyon, Prancis;[46] Manchester, Britania Raya; Pécs, Hongaria;[47]Tasikmalaya, Indonesia;[48] Varaždin, Kroasia;[49] Nonsan, Korea Selatan;[50] Fuqing, RRT;[51] dan Hebron, Palestina.[52]
Demografi[sunting | sunting sumber]
Jumlah penduduk Kota Malang adalah 895.387 jiwa pada tahun 2017.[10] Dengan luas Kota Malang yang mencapai 145,28 km2,[3]kepadatan penduduk Kota Malang mencapai 6.200 jiwa/km2. Malang merupakan kota ke-21 terbesar di Indonesia[53] dan merupakan kota ke-18 terpadat se-Indonesia.
Suku bangsa[sunting | sunting sumber]
Sebagian besar penduduk Kota Malang berasal dari suku Jawa.[11] Namun, jika dibanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya, suku Jawa di Malang memiliki temperamen yang sedikit lebih keras dan egalitar. Salah satu penyebabnya adalah tipologi arek Malang terinspirasi oleh Ken Arok yang diceritakan sebagai raja yang tegas dan lugas meskipun lebih mengarah keras. Terdapat pula sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura,[54] Arab,[55] Tionghoa, dan lain-lain. Sebagai kota pendidikan, Malang juga menjadi tempat tinggal mahasiswa dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia, bahkan di antara mereka juga membentuk wadah komunitas tersendiri.
Agama[sunting | sunting sumber]
Agama mayoritas di Kota Malang adalah Islam, diikuti dengan Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri semenjak zaman dahulu antara lain Masjid Agung Jami' Kota Malang, Gereja Hati Kudus Yesus, Katedral Ijen (Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel),[57] Klenteng Eng An Kiong[58] di Kotalama,[59] dan sebuah pura di Puncak Buring. Meskipun agama mayoritasnya adalah Islam, Kota Malang menjadi salah satu kota yang memiliki jumlah penduduk Kristen terbesar di Jawa Timur.
Malang juga menjadi pusat pendidikan keagamaan karena Malang memiliki banyak pesantren, yang terkenal ialah Pondok Pesantren Al Hikam pimpinan KH. Hasyim Muzadi.[60] Ada pula pusat pendidikan Kristen berupa Seminari Alkitab yang sudah terkenal di seluruh Nusantara, salah satunya adalah Seminari Alkitab Asia Tenggarayang berdiri di Malang pada 1954.
Kota Malang dikenal sebagai kota yang toleransi antaragamanya tinggi. Keberadaan Masjid Jami dan Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Immanuel di Kota Malang menarik. Dua tempat ibadah itu bersebelahan dan seolah menjadi simbol toleransi masyarakat di Kota Malang. Di kota ini, keberagaman agama dan kepercayaan dimanfaatkan dengan dijadikan komoditas politik.[61]
Bahasa[sunting | sunting sumber]
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi di Kota Malang, seperti Indonesia. Namun, bahasa Jawa dengan dialek Jawa Timuran merupakan bahasa sehari-hari masyarakat Malang.[3] Kalangan minoritas suku Madura menuturkan bahasa Madura. Malang dikenal memiliki dialek khas yang disebut boso Walikan (osob Kiwalan),[62] yaitu cara pengucapan kata secara terbalik, misalnya Malang menjadi Ngalam, bakso menjadi oskab, dan burung menjadi ngurub. Gaya bahasa masyarakat Malang terkenal egaliter dan blak-blakan yang menunjukkan sikap masyarakatnya yang tegas, lugas, dan tidak mengenal basa-basi. Menurut masyarakat, awal adanya bahasa khas ini adalah para pejuang yang ingin perbincangannya tidak dapat dimengerti oleh penjajah,[63] dan sampai saat ini masih banyak dalam komunitas keluarga menggunakan bahasa ini dalam kehidupan sehari-hari.
Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Kota Malang memiliki perekonomian yang maju dan majemuk dan merupakan kawasan ekonomi yang disorot oleh Pemprov Jawa Timur.[64] PDRB Kota Malang mencapai 57.171,60 miliar rupiah[65] dengan kontribusi ekonomi 3,06% terhadap PDRB Jawa Timur; Kota Malang menjadi kota dengan PDRB terbesar ketiga se-Jawa Timur dan dati IIdengan PDRB terbesar kesepuluh se-Jawa Timur.[66] PDRB per kapita Kota Malang, yakni 66.758,1 ratus ribu rupiah merupakan keenam terbesar se-Jawa Timur, setelah Kabupaten Pasuruan.[66] Kota Malang memiliki jumlah pengangguran 6.000 jiwa[67] dengan tingkat perngangguran terbuka 7,28%.[68] Pengangguran tersebut salah satunya disebabkan oleh perguruan tinggi.
Perekonomian Kota Malang ditunjang dari berbagai sektor, di antaranya industri, jasa, perdagangan, dan pariwisata. Sektor yang menyumbang terbanyak adalah perdagangan yang menyumbang 29,53% dari total PDRB Kota Malang.[69] Malang pun terkenal dengan salah satu perusahaan rokok terkenal, yaitu Bentoel.[70]
Perekonomian Kota Malang menerapkan sistem ekonomi kreatif.[71] Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya peranan UMKMdalam ekonomi. Pemerintah kota terus mendorong perkembangan UMKM,di antaranya dengan mengadakan berbagai expo[72]dan festival.[73] Selain UMKM, aplikasi dan permainan digital pun dijadikan subsektor penerapan ekonomi kreatif.[74] Secara tidak langsung, ekonomi kreatif ini pun mendorong pembangunan manusia Kota Malang.[75]
Pada tahun 2016, ekonomi Kota Malang tumbuh sebesar 5,61%.[69] Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini didongkrak oleh pariwisata.[76][77][78] Selain itu, pertumbuhan ekonomi pesat pun dikontribusikan oleh UMKM,[79] industri, dan perdagangan.[80]
Inflasi di Kota Malang sangatlah rendah. Pada September 2017, BPS mencatat bahwa inflasi Kota Malang sebesar 0,05%.[81]Penyebab mendasar inflasi adalah naiknya indeks harga konsumen secara umum.[81] Meskipun rendah, tingkat inflasi Kota Malang pernah menjadi yang tertinggi se-Jawa Timur, yaitu pada Juli 2017 dengan inflasi sebsar 0,30%.[82]
Pariwisata[sunting | sunting sumber]
Pariwisata di Kota Malang cukup besar. Pada tahun 2016, tercatat jumlah wisatawan domestik di Kota Malang berjumlah 3.987.074 orang, sedangkan wisatawan mancanegara sejumlah 9.535 orang.[83] Jumlah wisatawan tahun 2016 merupakan suatu lonjakan yang signifikan dari tahun sebelumnya.[83] Dengan melihat bukti tersebut, pemerintah optimis jumlah kunjungan wisatawan, terutama mancanegara akan terus meningkat.[84]
Kampung Wisata[sunting | sunting sumber]
Malang dikenal memiliki banyak sekali kampung tematik yang bernuansa pedesaan dan khas. Di antaranya, yang paling terkenal adalah Kampung Wisata Jodipan (Kampung Warna-Warni), kampung warna-warni pertama di Indonesia yang menjadi salah satu destinasi favorit di Kota Malang. Selain itu, ada juga Kampung Tridi yang terletak di seberang Kampung Warna-Warni yang terkenal akan karya seni mural di dinding-dinding perumahannya, seperti Haji Lane di Singapura.[85] Kedua kampung tersebut dihubungkan oleh sebuah jembatan kaca.[86] Keduanya merupakan tempat selfie favorit para wisatawan.[87]
Selain itu, ada juga kampung wisata di Kota Malang yang terkenal akan keramahan lingkungannya dan kehijauannya. Di antaranya adalah Kampung Glintung Go Green (3G) yang terletak di Purwantoro[88] dan Kampung Bamboo Mewek di Tunjungsekar. Keramahan lingkungan di Kampung 3G dapat dilihat dari penuhnya kampung oleh tanaman.[89] Kampung 3G pun merupakan kampung konservasi air pertama di Indonesia. Sedangkan, Kampung Bamboo Mewek dianggap ramah lingkungan karena penuh dengan pohon dan bambu serta merupakan kampung konservasi.
Sebagai kota berbudaya, Malang pun memiliki kampung-kampung budaya. Kampung Budaya Polowijen adalah salah satunya.[90] Kampung ini dianggap sebagai kampung budaya karena menyimpan dan menampilkan berbagai situs warisan budaya: topeng malangan, makam Mbah Reni, pembuat topeng malangan pertama, dan Sumur Windu, tempat pemandian Ken Dedes di zaman dahulu. Kampung ini pun memiliki perpustakaan unik yang terletak di gazebo.[91] Selain kampung tersebut, ada juga Kampung Topeng Malangan.[92] Sesuai namanya, mulai dari gerbang menuju kawasan tersebut, pengunjung akan disambut ratusan topeng dengan aneka warna dan berbagai karakter seperti dalam kisah-kisah panji.
Sarana dan prasarana penunjang[sunting | sunting sumber]
Pada Februari 2015, Pemerintah Kota Malang meluncurkan sistem angkutan bus tingkat wisata bewarna hijau[94] yang dinamai Bus Macito, singkatan dari Malang City Tour[95] yang disediakan secara gratis[96] dan khusus untuk para wisatawan.[97][98] Bus ini beroperasi di Kota Malang dari depan gedung DPRD Kota Malang[93] dan rutenya melewati beberapa titik-titik penting di tiap sudut kota, di antaranya beberapa museum-museum penting, kawasan Jalan Ijen, wisata kuliner, dan sebagainya. Bus ini berkapasitas 40 penumpang dengan jatah keliling sebanyak tiga kali.[99]
Sarana penginapan untuk pariwisata di Kota Malang beragam, mulai dari hotel, apartemen, losmen, hingga rumah singgah yang tersebar di seluruh penjuru kota. Keberagaman ini didukung oleh kenyataan bahwa Malang merupakan tujuan wisata paling populer di Indonesia setelah Bali, Bandung, dan Yogyakarta.[100] Hotel yang paling terkenal di kota adalah Hotel Tugu. Hal ini dikarenakan hotel sudah dikenal baik di kalangan wisatawan asing dan hotel ini sering memeanjakan pengunjungnya dengan berbagai acara.[101] Hotel terkenal lainnya adalah Hotel Pelangi karena hotel tersebut memiliki koleksi lukisan-lukisan Belanda.[102]
Pendidikan[sunting | sunting sumber]
Dinas Pendidikan (Diknas) Kota Malang mengoperasikan 195 SD negeri di Klojen, 44 di Blimbing, 44 di Kedungkandang, 45 di Lowokwaru, dan 41 di Sukun[103] dengan total 333 SD, SDLB, dan MI yang terdata olehnya dan[104] mengoperasikan 27 SMP negeri dengan total 133 SMP, SMPLB, dan MTs yang terdata olehnya.[105] Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur pun mengoperasikan 13 SMA negeri[106] dan 13 SMK negeri dengan total 127 SMA, SMALB, SMK, dan MA yang terdata oleh Dinas Pendidikan Kota Malang.[107]
Di kota ini ada beberapa sekolah yang berada pada jenjang menengah atas yang namanya sudah terkenal hingga tingkat nasional bahkan internasional. Beberapa di antaranya bahkan telah ditetapkan sebagai rintisan sekolah bertaraf internasional, dipelopori oleh SMA Negeri 3 Malang,[108] selanjutnya diikuti oleh SMA negeri lainnya dan SMA Katolik St. Albertus Malang (SMA Dempo). Sekolah bergengsi lainnya ialah SMK Negeri 4 Malang yang terkenal di dunia Internasional dan nasional dan MAN 3 Malang yang mampu meraih berbagai prestasi nasional. Ada pula sekolah ketarunaan seperti SMA Negeri Taruna Nala Jawa Timur yang dibina oleh TNI AL.[109]
Sebagai kota pendidikan sejak zaman Belanda,[110] Malang memiliki berbagai perguruan tinggi negeri seperti Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang;[111] perguruan tinggi swasta seperti Institut Tekologi Nasional dan Universitas Islam Malang. Terdapat pula politeknik seperti Politeknik Negeri Malang. Di antara perguruan tinggi negeri yang ada di Malang, Universitas Brawijaya dinilai sebagai yang paling mahal.[112] Meskipun demikian, menurut Kemenristekdikti, Universitas Brawijaya merupakan yang terbaik di antara seluruh perguruan tinggi di Malang dan menempati urutan ke-8 nasional.[113] Perguruan-perguruan tinggi ini pun menghadirkan berbagai orang dari bermacam-macam suku bangsa yang nantinya akan menetap di Malang. Pada tahun 2016, Kota Malang memiliki 86 perguruan tinggi.[114]
Di Kota Malang, pendidikan di SD dan SMP negeri gratis karena telah dibiayai oleh pemerintah kota. Meskipun pemkot bercita-cita untuk mencanangkan pendidikan gratis hingga ke jenjang SMA/SMK, cita-cita ini tidak dapat direalisasikan karena APBD kota masih belum memungkinkan untuk menyokong program ini.[115]
Kesehatan[sunting | sunting sumber]
Pelayanan kesehatan di kota cukup memadai. Hal ini didukung oleh pemfokusan APBD yang dilakukan oleh pemkot.[116] Di Kota Malang, terdapat ratusan rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, dan pelayanan kesehatan lainnya. Pemerintah provinsi dan kota memiliki rumah sakit di kota ini. Pemerintah provinsi memiliki sebuah rumah sakit bertipe A, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar,[117] sedangkan pemerintah kota memiliki sebuah rumah sakit yang lebih kecil, yakni Rumah Sakit Umum Daerah Kota Malang.[118]
RSUD Dr. Saiful Anwar merupakan rumah sakit terbesar di kota. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit rujukan Jawa Timur bagian selatan.[119] Rumah sakit umum lainnya adalah RSUD Kota Malang, RS Panti Nirmala, RS Lavalette, RS Hermina Tangkubanprahu, RSI Malang, dan Persada Hospital.[120]
Malang memiliki banyak rumah sakit pendidikan. RSUD Dr. Saiful Anwar dan RS Universitas Brawijaya menampung mahasiswaUniversitas Brawijaya.[121][122][123] RS Universitas Muhammadiyah Malang yang menampung mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang pun merupakan salah satunya.[124]
Kebudayaan[sunting | sunting sumber]
Peninggalan dan situs bersejarah[sunting | sunting sumber]
Karena sudah dihuni sejak zaman prasejarah, telah ditemukan berbagai peninggalan masa prasejarah di Malang. Di Bakalankrajan, rakyat menemukan lumpang dan dolmen.[125]Selain itu, ditemukan pula lumpang dan batu gores di Tlogomas yang kini berada di Museum Mpu Purwa.[126][127][128] Selain itu, peninggalan masa Kerajaan Hindu-Buddha pun tidak kalah. Telah ditemukan tempat pemujaan Hindu sekte Siwa pada masa Singhasari atau Majapahit di McDonald's yang dinamai Situs Ketawanggede.[129][130]
Peninggalan yang paling terkenal ialah peninggalan masa Belanda. Ada peninggalan seperti lukisan keramik di Hotel Pelangi,[131] bangunan warisan Belanda di kawasan Jalan Ijen,[132] dan bangunan kuno dengan arsitektur menawan.[133] Kawasan Jalan Ijen tersebut merupakan salah satu peninggalan dari arsitek Herman Thomas Karsten.[134][135]Belanda pun meniggalkan beberapa utilitas seperti saluran drainase.[136] Peninggalan kecil seperti uang-uang Belanda kuno pun sempat dipamerkan pada tahun 2013.[137]
Monumen dan tugu peringatan[sunting | sunting sumber]
Sebagai kota besar, Kota Malang terlibat dalam berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia. Untuk menandai peristiwa tersebut, dibangunlah berbagai monumen dan tugu peringatan. Kota Malang mengoleksi banyak monumen dan tugu peringatan yang melambangkan peristiwa bersejarah, sejarah prapenjajahan Malang, capaian Kota Malang, dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa bersejarah, terutama perjuangan kemerdekaanlah yang memiliki monumen terbanyak. Monumen-monumen tersebut, di antaranya Monumen Tugu Malang yang menandakan kemerdekaan dari Belanda;[138] Monumen TGP (Tentara Genie Pelajar) yang dibangun untuk mengenang perjuangan para TGP; Monumen Pahlawan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), monumen pengenangan para sosok pahlawan TRIP;[139] Monumen Juang '45 yang menandakan runtuhnya penjajahan; Monumen Hamid Rusdi yang mengenang Hamid Rusdi; Monumen Panglima Sudirman yang mengenang perjuangan Panglima Soedirman; Monumen KNIP Malang, monumen sejarah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP); dan Monumen Melati (Monumen Kadet Suropati), monumen penghargaan terhadap sekolah darurat di awal pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Malang menyimbolkan berbagai hal melalui monumen-monumennya. Salah satunya adalah peningggalan bersejarah Indonesia, yakni Monumen Pesawat MiG-17 dengan kode NATO "Fresco"[140] yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta. Monumen ini merupakan simbol kekuatan AURI. Pesawat ini digunakan saat Operasi Trikora dan Konfrontasi. Selain itu, ada juga Monumen Patung Ken Dedes yang terletak di gerbang masuk Kota Malang sisi utara.
Kota Malang juga mengabadikan salah satu tokoh nasional, yaitu Chairil Anwar, seorang penyair. Ia diabadikan oleh Monumen Chairil Anwar yang terletak di Jalan Basuki Rahmat.
Untuk melambangkan sejarah Kota Malang modern dan identitasnya, dibangun pula berbagai monumen. Monumen Adipura yang terletak di Jalan Semeru yang menandakan peraihan Adipura oleh Kota Malang. Sebagai Bhumi Arema,[141] terdapat Monumen Singo Edan yang terletak di Taman Bentoel Trunojoyo[142] dan Monumen Arema yang terletak di Jalan Lembang untuk melambangkan kebanggaan warga Malang, terhadap klub seak bolanya, Arema FC.
Malang adalah salah satu kota yang sudah lama berdiri karena kota ini sudah dibentuk dari zaman Hindia Belanda. Selain itu, kota ini pun merupakan pusat pemukiman sejak zaman Kanjuruhan. Dengan demikian, Malang sudah mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Bukti-bukti sejarah ini disimpan di museum-museum.
Museum[sunting | sunting sumber]
Malang yang merupakan pusat pemukiman sejak zaman purbakala memiliki banyak peninggalan bersejarah mulai dari peninggalan masa prasejarah hingga peninggalan tahun 1990-an. Di kota ini, museum sudah ada sampai tingkat kecamatan dan dengan itu, pemerintah pun dinilai sudah dapat megapresiasi peninggalan cagar budaya dengan baik.[144] Museum yang menyimpan peninggalan-peninggalan zaman tersebut, antara lain Museum Mpu Purwa, museum yang berisikan peninggalan Hindu-Buddha,[145] Museum Malang Tempo Doeloe, museum sejarah Malang, dan Museum Brawijaya, museum perang kemerdekaan. Selain itu, ada juga museumyang meninggalkan peninggalan sejarah sebuah perusahaan raksasa Indonesia, yaitu Museum Bentoel yang berisikan sejarah Bentoel Group dan pendirinya.[146]
Sebagai kota pendidikan sejak zaman Hindia Belanda,[147] Malang pun menyimpan banyak peninggalan ilmiah yang ditinggalkan oleh ilmuan Eropa maupun Indonesia. Di antara banyak museum yang meninggalkan peninggalan-peninggalan ini, terdapat Museum Zoologi Frater Vianney yang berisikan ratusan koleksi spesimen konkologi dan spesimen herpetologi.
Kesenian[sunting | sunting sumber]
Kota Malang merupakan kota yang kaya akan seni tari. Menurut kawasan kebudayaannya (tlatah-nya), Kota Malang termasuk ke dalam Tlatah Budaya Arek.[12] Dengan demikian, tarian seni di kota, terutama seni tarinya lebih energetik, gembira, dan lugas Tarian Malang bervariasi, mulai dari tari selamat datang, yaitu tari Beskalan, tari penghormatan seperti tari Bedayan, hingga tari Grebeg Wiratama yang menggambarkan semangat peperangan.[148] Walaupun ada banyak tarian selain tarian-tarian tersebut, tari khas Malang yang terkenal ialah tari Topeng Malangan. Tari tersebut adalah pertunjukan kesenian tari yang semua pemerannya menggunakan topeng.[149]Pada umumnya, tarian sering menggunakan cerita panji, cerita tanah Jawa periode klasik.[149]
Selain tarian, kota pun memiliki kesenian yang berupa pertunjukan. Pertunjukan yang baru-baru terkenal adalah pertunjukan Bantengan. Kesenian ini berkembang di kampung-kampung yang berakar sejarah Singhasari[150] di kabupaten. Walau demikian, beberapa wilayah di tengah kota yang sudah sangat modern pun tetap memiliki komunitas Bantengan.[150] Kesenian ini melibatkan leluhur banteng yang dipanggil oleh sesepuh.[150] Bantengan dianggap unik, namun ada cukup banyak orang yang menentangnya.[151] Jaran Kepang Malangan pun tak kalah seru. Pertunjukan ini merupakan pertunjukan seni yang menampilkan serombongan orang yang siap beraksi dengan jaran kepang (kuda-kudaan).[152] Terkadang, penari Jaran Kepang mengalami keserupan.[153]
Kuliner[sunting | sunting sumber]
Kota Malang merupakan kota kuliner, terutama kuliner dengan harga terjangkau. Banyaknya kuliner berharga murah disebabkan oleh penduduk Kota Malang yang sebagian besar merupakan pelajar dan mahasiswa dari seluruh Indonesia. Hidangan khas Malang, Jawa, Indonesia, hingga Eropa ada di Malang karena Malang merupakan kota multikultural.[154][155] Dalam perihal makanan, Kota Malang juga dikenal memiliki banyak warung yang cukup legendaris dan telah bertahan lama hingga puluhan tahun. Toko-toko tersebut, antara lain Toko Oen yang berdiri sejak 1930[156]; Warung Tahu Telur Lonceng yang berdiri pada awal 1900-an[157] hingga disebut sebagai makanan zaman kolonial hingga milenial;[158] dan Gerai Putu Lanang Celaket yang berdiri sejak 1935.[159]
Wisata kuliner di kota pun dicampuradukkan dengan Festival Malang Tempo Doeloe. Dalam festival tersebut, dijuallah berbagai sajian kuliner zaman dahulu, mulai dari cenil, putu, sampai grendul.[160] Jajanan zaman dahulu seperti tebu,[161] gulali,[162] dan kerupuk miller[163] pun dijual pada festival tahun 2012. Gulali yang dijual bukan main-main karena gulali tersebut berupa gulali cetak sehingga bisa dibentuk-bentuk sebperti jagung, naga, ataupun bunga.[164]
Olahraga[sunting | sunting sumber]
Kota Malang merupakan salah satu kota yang mempunyai tim olahraga terkenal. Di antara semuanya, yang paling terkenal ialah Arema FC, sebuah tim sepak bola yang dibanggakan orang Malang[165][166] yang berpusat di Stadion Gajayana.[167] Selain Arema, ada pula klub sepak bola lainnya seperti Persema Malang dan PS Bhayangkara Arema Police.[168] Selain Gajayana, ada pula beberapa Gelanggang Olahraga (GOR) seperti GOR Ken Arok dan GOR Bimasakti yang sempat dimarkasi oleh sebuah klub basket terkenal, Bimasakti.
Di Malang terdapat beberapa klub olahraga selain yang telah disebutkan, di antaranya: United Kencana Bike Team (sepeda), Arema Singo Edan BC, d'Kross BC (tinju), Brazilian Martial Arts Capoeira Senzala Malang (capoeira), dan Obelisk Malang (flag football). Selain itu, ada pula komunitas olahraga lainnya seperti sepatu roda.
Pemerintah kota pun telah mencoba beberapa kali untuk menigkatkan prestasi olahraga kota. Pemerintah telah mencoba menjaring atlet muda melalui pelaksanaan kejuaraan kota, terutama untuk bola basket.[169] Pembinaan atlet-atlet muda pun turut serta dilakukan oleh dinas pendidikan kota.[170]
Lingkungan[sunting | sunting sumber]
Taman[sunting | sunting sumber]
Kota Malang terpilih menjadi salah satu dari lima kota dengan udara terbersih di Asia.[171][172][173] Pencapaian ini merupakan salah satu buah dari komitmen bersama warga untuk terus mengasrikan dan menpercantik taman kota.[174] Taman di Kota Malang dikenal bersih dan memiliki fasilitas bermain sehingga Malang mendapat predikat kota ramah anak.[175] Tidak hanya kampung, pemkot pun melahirkan taman-taman tematik.[176] Taman tematik sangat berbeda dari kota lainnya sehingga hal ini membantu peraihan penghargaan Taman Kota Terbaik.[177] Taman tematik bisa ditemukan di jalur hijau Jalan Jakarta, yakni Taman Kunang-Kunang.[178]
Taman terbesar di Malang ialah Alun-Alun Merdeka dan Alun-Alun Tugu (Monumen Tugu Malang). Alun-Alun Merdeka terletak di depan Kantor Bupati Malang dan merupakan alun-alun tertua yang dibangun pada tahun 1882.[180] Tidak hanya itu, Alun-Alun Merdeka pun menyediakan titik permainan ramah anak[179] dan air mancur.[181] Alun-Alun Tugu yang terletak persis di depan Balai Kota Malang[182] dihiasi oleh Tugu Malang, air mancur, bunga, kolam dengan teratai, bunga khas Malang,[183] pohon palem, dan lampu plastikyang berbentuk seperti bunga matahari.[184] Meskipun dimaksudkan untuk unsur estetika, lampu bunga matahari tersebut diprotes para warga sekitar karena dianggap tidak ramah lingkungan dan tidak bagus.[185]
Beberapa taman merupakan taman hasil pembangunan dari dana CSR. Di antaranya adalah Taman Slamet yang dibangun dengan dana CSR dari PT Bentoel Prima.[186] Dana CSR Bentoel ini pun digunakan untuk merenovasi taman tersebut[187] dan Taman Trunojoyo.[188] Salah satu taman yang terkenal pun, yakni Taman Singha Merjosari juga direnovasi dengan dana CSR.[189] Namun, dana CSR yang dipakai adalah dana dari perusahaan telekomunikasi.[189] Dana CSR dari pihak pendidikan seperti Yayasan Pendidikan Merdeka yang menaungi Universitas Merdeka pun telah mengucurkan CSR untuk merevitalisasi Taman Terusan Dieng.[190][191]
Penghargaan[sunting | sunting sumber]
Di bidang lingkungan, Kota Malang telah beberapa kali meraih penghargaan di antaranya Adipura, Adiwiyata, dan sebagainya.[192] Selain itu, Kota Malang adalah kota dengan jumlah sekolah Adiwiyata terbanyak di Indonesia, yaitu 173 sekolah yang tersebar dari SD hingga SMP.[193] Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang pun mendapatkan penghargaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) 2017 dari Menteri PPN/Kepala Bappenas.[194] AMPL pun diraih oleh kota karena kota mampu mengurangi sampah di 2016 yang mencapai 15,1% dan cakupan akses layanan persampahan sebesar 74,8%.[195] Pada tahun 2017, kota berhasil meraih penghargaan Wahana Tata Nugraha karena mampu mengubah lingkungan kumuh menjadi objek wisata[196] seperti Kampung Tematik Jodipan. Banyaknya penghargaan yang diperoleh kota pun memberikan dampak pada peningkatan Dana Insentif Daerah (DID) dari 7,5 miliar rupiah pada tahun 2017 menjadi 25,5 miliar pada tahun 2018.[197]
Jalur hijau[sunting | sunting sumber]
Jalur hijau (ruang terbuka hijau jalur/RTH jalur) adalah taman yang sepadan dengan median jalan yang luasnya antara 1—2 meter.[198] Di kota RTH jalur terdapat di beberapa jalan seperti Jalan Semeru, Jalan Besar Ijen, Jalan Dieng, dan Jalan Veteran.[198] Berikut ini adalah gambar dari beberapa jalan ber-RTH jalur.
Upaya pelestarian[sunting | sunting sumber]
Pemerintah berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan. Untuk menambah satu poin, dalam peraihan Adipura Kencana, dinas pendidikan mengadakan Green School Festival(GSF) yang dilaksanakan setiap tahun di sekolah-sekolah di kota.[199] Metode pelaksanaan GSF ini dinilai baik karena bersifat memaksa keikutsertaan semua sekolah.[199] Selain itu, Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Disperkim) pun melakukan lomba penataan taman dengan menyadari pentingnya ruang terbuka hijau untuk oksigen.[200] Setelah itu, Disperkim juga giat membangun taman agar julukan kota bunga semakin lekat dengan Kota Malang.[201] Kota Malang pun berupaya menmanfaatkan dana-dana tambahan seperti dana CSR untuk merevitalisasi taman-taman kota.[202] Dengan demikian, kini Kota Malang terkenal sebagai kota yang giat membangun taman melalui dana CSR.[203]
Transportasi[sunting | sunting sumber]
Total ruas jalan di Kota Malang adalah sebanyak 2.960 ruas dengan total panjang jalan mencapai 1.027.112,20 meter (1.027 km).[205][206] Ruas jalan ini tidak termasuk ruas jalan provinsi dan negara.[205][206] Selain terhubung dengan Jalan Nasional Rute 23, Kota Malang pun terhubung dengan jalan provinsi[207] yang menghubungkan kabupaten dan kota di Jawa Timur. Untuk menghubungkan Jawa Timur, mulai dibangunlah jalan tol, salah satunya adalah Pandaan-Malang.[208] Jalan tol ini nantinya akan berakhir di Madyopuro, Kedungkandang.[209] Kini tol tersebut sudah memasuki tahapan konstruksi.[210]
Dinas Perhubungan Kota Malang mengoperasikan angkutan kota dan bus sekolah. Kedua layanan tersebut melayani baik di pusat, maupun pinggiran kota. Sekarang terdapat 25 trayek angkutan kota di kota.[211] Bus sekolah mulai beroperasi pada 29 Desember2014[212] dan kini terdapat enam bus sekolah dengan enam trayek.[213]
Stasiun Malang yang terletak di tengah kota[214] merupakan stasiun utama kota dan melayani 832.181 penumpang[215] dengan jumlah yang mencapai 5 ribu orang per hari[216]pada mudik 2017. Stasiun tersebut merupakan stasiun kereta api terbesar di Kota Malang[217] dan menghubungkan Malang dengan kota-kota besar di Indonesia lainnya seperti Surabaya,[218] Bandung,[219] dan Jakarta.[220] Selain Stasiun Malang, kota ini memiliki dua stasiun lain, yaitu Stasiun Malang Kotalama dan Stasiun Blimbing.
Kota Malang dilayani oleh Bandara Abdul Rachman Saleh[221] yang terletak di kabupaten.[222] Bandara ini mengubungkan kota dengan kota-kota dalam negeri seperti Jakarta[223] dan Makassar.[224] Meskipun bisa mengeluarkan visa kedatangan, Bandara Abdul Rachman Saleh hanya melayani rute domestik sehingga penumpang internasional Kota Malang akan dilayani oleh Bandara Internasional Juanda di Sidoarjo.[225]
Menurut lembaga internasional Intrix, Kota Malang merupakan salah satu yang termacet di dunia dengan total waktu yang dihabiskan setahun dalam kemacetan sebesar 39,3 jam (20% dari total waktu).[226] Menurut survei Universitas Brawijaya, 46,2% penduduk kota menganggap kemacetan di kota sudah termasuk ke dalam golongan parah.[227]Kemacetan ini juga menghilangkan kenyamanan para wisatawan.[228] Pemerintah kota sudah mencoba mengatasinya dengan mewacanakan pembangunan monorel[229][230] dan underpass. Namun, setelah melakukan beberapa studi banding, pemerintahmenyatakan bahwa Kota Malang tidak mampu membangun monorel dan underpass dengan alasan biaya yang sangat mahal.[231]
Media Massa[sunting | sunting sumber]
Kota Malang memiliki media tersendiri, meskipun media seperti berita biasanya masih berasal dari kota lain. "Radar Malang" yang termasuk ke dalam Jawa Pos Group merupakan media cetak terbesar di Malang Raya.[232] Selan itu, ada juga koran lokal lainnya seperti "Malang Post" yang masih termasuk ke dalam Jawa Pos Group. "Jawa Pos" sendiri merupakan koran dengan jumlah pembaca terbanyak di Indonesia.[233] Ada pula media cetak yang dikhususkan untuk beberapa golongan seperti "Media Ummat" yang merupakan terbitan MUI Kota Malang.
Di Kota Malang, terdapat cukup banyak saluran televisi, baik lokal maupun nasional. Dari beberapa saluran televisi lokal, terdapat beberapa saluran televisi universitas seperti Gajayana TV yang dimiliki oleh Universitas Gajayana[234] dan UBTV yang dimiliki oleh Universitas Brawijaya.[235]. Indonesia TV (ITV Malang). Ada pula televisi religi seperti Dhamma TV untuk umat Buddha. Tentunya, televisi milik pemerintah pusat seperti TVRI dan provinsi, yaitu TVRI Jawa Timur pun ada di kota ini. Setelah itu, televisi luar Kota Malang lainnya yang masih dalam jangkauan pun tetap ada di kota ini. Salah satunya adalah atv yang berasal dari Batu dan dimiliki oleh Pemkot Batu.[236]
Radio di Kota Malang lebih beragam. Terdapat puluhan stasiun radio di Kota Malang. Macam radio di Kota Malang beragam. Radio pemerintah seperti RRI,[237] ada dan terbagi menjadi RRI Malang 1—4. Selain itu, terdapat berbagai radio budaya yang menyajikan layanannya dengan bahasa Jawa di samping bahasa Indonesia. Tentunya juga ada radio religi, yakni radio-radio religi Islam maupun Kristen.
Julukan[sunting | sunting sumber]
Julukan Kota Malang yang paling terkenal adalah kota pendidikan.[238][239] Hal ini dikarenakan Malang memiliki banyak perguruan tinggi, yakni 86 PTN dan PTS.[114] Malang pun dijuluki sebagai kota bunga karena pada zaman dahulu, kota Malang dipenuhi oleh bunga.[240] Selain itu, kota dikenal sebagai kota wisata[241] karena kota ini memiliki banyak lokawisata yang menarik dan unik, bahkan terkadang tidak dimiliki kota-kota lainnya di Indonesia. Kota Malang juga disebut sebagai kota sejarah karena meninggalkan banyak peninggalan bersejarah[240] dan kisah awal kemerdekaan.
Baru-baru ini, muncul wacana penyandangan julukan kota pejuang untuk Kota Malang. Hal ini diusulkan karena Kota Malang sudah memiliki peristiwa heroik sejak zaman kerajaan.[242] Selain itu, ada banyak pejuang kemerdekaan dari Kota Malang yang telah memiliki gelar pahlawan nasional.[243] Pihak militer pun yakin, Malang bisa menyandang julukan ini karena dari catatan sejarah, sejak zaman dulu sudah ada banyak gerakan perjuangan melawan penjajah di Malang.[244] Hal itu bisa dibuktikan dari banyaknya monumen dan tugu peringatan yang berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan di kota ini seperti Tugu Malang, Monumen TGP, Monumen Pesawat MiG-17 "Fresco", dan Monumen Pahlawan TRIP.
Komentar
Posting Komentar